Followers

Monday, April 18, 2011

Andai esok ialah harinya.

[Draft post entah zaman bila punya >_<]

Tergesa-gesa saya bangun dari tidur.


Subuh yang semakin awal, sedar tak sedar baru jam 4 pagi sudah subuh gajah.


Entah bagaimana bisa terlena di atas lantai, sejuk - tak beralas, tak berbantal.


Belakang pinggang terus menerus berdenyut, marah tak di sapu minyak malam semalam. Mata yang kuyu masih menginginkan tidur yang selesa, ingin berselimut dari dingin pagi yang tak terkata.


Namun, hari ini ialah harinya.
Kertas nota yang tak bersentuh di atas meja, masih menunggu masa
ditelaah untuk peperiksaan jam dua.
Masih awal lagi, hati kecil ini berkata.
Tidur itu adalah nikmat yang terhebat, kalah segala macam tarikan
keinginan. Perut yang lapar, berkeroncong, menangis pun tak apa - esok pun boleh
diisi. Yang pasti, tidur dulu.
Terus, nota-nota ekonomi yang berselerakan itu, sepi - tak terusik.


Namun, hari ini adalah harinya.
Hari penilaian ini akan tiba juga. Akal mencari segalamacam alasan untuk mengelak hari yang tak tertunggu. Hari yang sangat panas membakar tak menarik perhatian seorang hamba
yang terlalu sibuk memikirkan saat tibanya waktu dinilaikan.
Cukup sudahkah nota- nota itu dihafal?difahami? Lalu di ajarkan pada
yang lain? Atau nota itu sekadar nota yg menjadi kertas tak bernilai.
Jam 11 : Terkumat kamit mulut membaca doa penerang hati, doa segala macam doa
yang boleh diucapi dalam perjalanan ke sekolah.


Tangan sudah tidak bisa mencapai kertas-kertas dari tas tangan.
Sekarang bukan masanya untuk menelaah.
Peluh menitik-nitik, terasa basah satu badan.

bersambung..

No comments: